Jumat, 02 November 2012

Bebas

Setelah setahun...
Kau tahu, kan aku sedang membicarakan apa.
Akhirnya aku bebas.
Tidak ada sedikit pun rasa sakit yang tersisa ketika mengingatmu. Sedikit getir, mungkin. Seperti komedi hitam. Tapi akhirnya aku bebas.


I AM FREE MOTHERFCKER!

Kamis, 19 Juli 2012

Selesai

(...sudah lama tidak menulis puisi. Lega sekali rasanya....)





Ku datangi engkau dengan sisa-sisa puisi yang ku tulis tadi malam

Puisi yang berhasil ku selamatkan, sisanya memudar jadi rona merah di pipi

Puisiku selalu malu-malu jika akan menjumpaimu



Ku datangi engkau bersama sisa-sisa hujan tadi malam

Aku sudah tahu pintumu tidak terbuka pagi ini

Aku tidak berniat mengetuk, aku ingin menyampaikan semua dalam senyap, sesenyap sebuah perpisahan yang paling layak disebut perpisahan



Ku datangi engkau dengan sisa-sisa keberanian

Seperti keberanian yang ku kumpulkan untuk membalas pelukanmu dulu

Seperti keberanian yang ku paksakan untuk berkata semoga kau bahagia dulu



Ku datangi engkau dengan sisa-sisa kertas yang aku punya

Setelah kertas-kertasku habis untuk menulis surat cinta yang tidak jadi ku kirimkan

Di dalamnya tertulis kenangan-kenangan yang begitu lincah menyusupi jeda antara detik dan detik



Ku datangi engkau dengan sisa-sisa keihklaskan yang aku punya

Semoga kali ini cukup untuk mengikhlaskan

Kenangan tentang kau, pagi yang dingin dan pelukan kita yang tak pernah singkat



Ku datangi engkau dengan sisa-sisa umurku

Ku lipat dua lembar puisiku, ku selipkan di bawah pintumu

Semoga kali ini apa-apa yang harusnya selesai akan selesai







(terinspirasi dari "Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan" oleh Payung Teduh)

Jumat, 29 Juni 2012

Sudah Sembuh?

Halimah. sudah sembuh?


Lucu sekali, rasanya badan dan jiwa saya ini tidak akur.
Ketika badan saya segar bugar, tidak sakit, jiwa saya kacau. Kacau sekali. Saya tidak bisa berpikir jernih. Saya berpikir hal-hal kelam dan nasib-nasib sedih.


Tapi saat ini otak saya sedang bekerja dengan baik. Hati saya sedang sensitif-sensitifnya. Inspirasi mengalir lancar. Novel sedang seru-serunya.


Eh, fisiknya belakangan ini lemes.


Halimah! Sudah sembuh?

:)

Rabu, 06 Juni 2012

Sore, Rundung dan Teduh

Akhir-akhir ini aku tidak merasa baik
Entahlah. Bahkan, setiap kali mengucapkan kata "entahlah", aku semakin bingung tetang apa yang terjadi.
Mungkin, ini bekas luka penghiantan dulu, yang ku abaikan, ku anggap tidak ada. Luka itu tiba-tiba bernanah.
Atau mungkin aku hanya kesepian. Benar-benar kesepian.

Entahlah. Lalu aku semakin dalam terjebak dalam kebingungan itu.
Saat ini yang bisa ku pastikan adalah aku ingin memeluk ibuku.
Menenggelamkan wajah didadanya.
Menangis, meledak terisak-isak.


Yang bisa ku pastikan saat ini adalah aku ingin memeluk ayahku.
Lalu bercerita dengan suara yang kurang jelas karena terlalu sesak untuk bercerita.
Dan ayah pasti (seperti selalu) berkata, "Iya, nak. Iya. Ayah di sini."


Tiba-tiba aku merasa kecil sekali.
Entah karena aku berkali-kali dilukai.
Atau obsesi-obsesi yang ku gambar di kepalaku sekarang telah busuk, karena tak kunjung bisa diwujudkan
Atau aku hanya kesepian. Sangat kesepian. Benar-benar kesepian.


Kepadamu, hai, Sore, Rundung dan Teduh,
Temani aku.
Kalaupun aku mati, kalian jadi saksi.

Rabu, 18 April 2012

Wawancara

(anggap saja ini makanan ringan yang tidak mengandung alkohol)

Pewawancara : Halimah Kepo (HK)
Narasumber   : Halimah Sok Artis (HSA)


HK : "Halo, Halimah. Gimana kabarnya?"

HSA : "Kabar siapa? Kalau yang kamu tannya kabar saya, harusnya kamu tanya 'gimana kabarmu?' bukan 'kabarnya'. -nya itu untuk orang ke-tiga."

HK : "Loh, yang penting kamu ngerti maksudnya kan? Itu kan tujuan dari komunikasi."

HSA : "Oke, kamu cukup pintar. Kabarku baik."

HK : "Kamu selalu tampak baik. Selalu tampak bahagia. Apa resepnya?"

HSA : "Loh? Aku dikelilingi orang-orang baik. Kepalaku dipenuhi hal-hal indah. Kenapa harus sedih?"

HK : "Jadi kebahagiaan itu sudut pandang, bukan keadaan?"

HSA : "Exactly. Tos dulu!"



(mereka tos)


HK : "Sibuk apa belakangan ini?"

HSA : "Nulis. Secara ya, sekarang sedang bekerja sebagai penulis dan penerjemah untuk media online. Love this job. nulis untuk blog juga. psssst... blog ini trafficnya meningkat pesat loh. hehehehe. Kebahagiaan luar biasa bagi saya ketika tulisan saya disukai orang lain."


HK : "Wow! Kamu hidup dengan melakukan hal yang kamu suka! asik ya?"

HSA : "Totally."

HK: "Terus, kamu lagi aktif di komunitas.... em, komunitas apa itu namanya?"

HSA : "Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan. KOPPAJA."

HK : "Ha! Ya!  Gimana? Asik gak?"

HSA : "Asik. Aku mau memperjuangkan komunitas ini untuk menjadi sesuatu yang besar. gak bisa dipungkiri, beberapa bagian dari hati saya, masih ingin jadi guru."

HK: "Hahaha, ingat masa-masa kamu jadi guru SMP itu ya?"

HSA : "Di satu sisi itu pengalaman manis, di sisi lain itu pengalaman pahit."

HK : "Karena kamu dikucilkan oleh guru-guru di sana?"

HSA : "Bukan, karena saya melihat borok-boroknya dunia pendidikan tepat di mata saya."

HK : "Nyesel gak udah bersikap 'arogan' dan akhirnya dipecat?"

HSA : "Itu tindakan terkeren kedua yang pernah saya lakukan setelah daftar ke Institut Kesenian Jakarta tanpa bekal uang dan izin dari orang tua."

HK : "Tapi keduanya berujung kegagalan, kan?"

HSA : "So what? Yang penting aku berhasil mengalahkan ketakutanku sendiri."

HK : "Kamu tidak sedih?"

HSA : "Kamu kira saya malaikat? Saya menangis dua hari penuh setelah tau saya lulus di IKJ dan harus rela meninggalkan kampus impian saya itu!"

HK : "Maaf-maaf. Boleh kita lanjut. saya janji saya gak akan ngasi pertanyaan yang bikin emosi lagi."

HSA : "Yuk."

HK : "Kamu sudah punya pacar?"

HSA : "KAMU MAU SAYA LEMPAR PAKE ASBAK? HAH?"

HK: "Maaf-maaf."

HSA : "Lanjut."

HK : "Kamu takut jatuh cinta lagi?"

HSA : "Saya ini keras kepala. Saya ini susah kapok. Saya orangnya penasaran. Mana mungkin saya takut jatuh cinta lagi?"

HK: "Terus, kenapa gak punya pacar ?"

HSA : "KAMU BENERAN MAU SAYA LEMPAR PAKE ASBAK? HAH?"

HK : "Maaf banget. Maaf. Pertanyaan terakhir deh."

HSA : "Silahkan."

HK : "Kamu bener lagi deket sama Shah Rukh Khan?"

HSA : "Hahahaha. deket sih iya. pacaran, enggak. Doakan saja."

HK : "Dasar orang gila!"

HSA : "You too!"

Jumat, 13 April 2012

It's Raining Outside*

(Ini puisi dibuat kira-kira setahun lalu. Salah satu bukti otentik bahwa jatuh cinta itu indah dan sederhana)


di luar sini hujan

boleh aku masuk ke hatimu?

izinkanlah, aku akan masuk tanpa mengambil apa-apa

tanpa menyentuh apa-apa





di luar sini hujan

boleh aku berteduh di alismu?

berselimut di kelopak matamu

berenang di air matamu

tenggelam dalam dukamu





di luar sini hujan

boleh aku menyerahkan takdirku pada lengkung bibirmu?

tersenyum setiap kali kau tersenyum

tertawa setiap kali kau tertawa





di luar sini hujan

dingin sekali

boleh aku tetap merindukanmu?

karena hanya dengan merindukanmu seluruh rongga dada menghangat





di luar sini hujan

boleh aku masuk ke kamarmu?

hanya ingin merapatkan selimutmu

dan memastikan kau hangat di dalam sana







Cibodas-Jakarta

02 Januari 2011


(*diambil dari judul lagu Soko, solois asal Perancis)


Selasa, 03 April 2012

Payung Teduh, teruslah sederhana

-Sebuah Review atau mungkin buku harian-

(-dan review tidak pernah se-bodoh ini. Maklum, yang nulis amatiran.)

Hujan deras mengamuk di kota Bekasi siang itu. Jam di ponsel saya menunjukkan pukul 2. Anak-anak didik saya di KOPPAJA (Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan) masih sibuk dengan tali-tali, mereka sedang merangkai gelang. Setidaknya jam 3 nanti, saya harus berangkat dari sini agar sampai di Kemang tepat waktu. terlebih, saya kurang tahu letak Aksara dimana.

Hari itu, bisa jadi adalah hari yang ditunggu-tunggu banyak orang-orang yang rindu pada keteduhan. Hari itu adalah hari rilisnya album kedua Payung Teduh. Band sendu satu ini beberapa minggu terakhir tidak pernah lekang kepala saya. Jika view di video Resah yang ada di youtube bertambah drastis, itu mungkin adalah kerjaan saya. Membuka situs youtube dan mengetik kata kunci 'Payung Teduh' adalah ritual kedua yang saya lakukan begitu sampai di kantor setelah menyalakan komputer.


Dunia Batas. Hari ini, setelah penantian panjang, album itu akan diluncurkan. Namun semakin sore, hujan makin hebat mengamuk. setelah menyelimuti tas saya dengan cover bag dan melepas kaca mata, saya nekat menembus hujan. Untuk apa takut hujan? Toh, saya akan bertemu dengan Payung Teduh.



---
"Ke Kemang, Pak." ucap saya pada supir taksi. dia mengangguk, dari spion tampak mata tuanya yang ramah. kami sedikit bercerita tentang kenaikan bbm dan anaknya yang ingin kuliah.

Setelah berputar dua kali mengelilingi McD Kemang, akhirnya saya menemukan Aksara. Saya datang sendiri, berhubung saya sedikit sial. Sejak dulu sekali (saya bahkan lupa sejak kapan), selera musik saya selalu berbeda dengan orang-orang sekitar saya. Hasilnya, saya terbiasa menghadiri gigs sendirian. The Upstairs, SORE, White Shoes and The Couples Company, Rumah Sakit, Bangku Taman, entah sudah berapa kali saya  datang ke gigs sendirian.


Hari itu, Aksara penuh. pertama kali masuk ke Aksara saya mendapati Comi dengan baju lengan panjang ungu dan celana batik-nya. Ingin rasanya saya sapa, tapi malu. Sore itu saya sedang 'enggak banget'. Sendal gunung North Face yang kumal karena terkena hujan, baju acak-acakan karena beberapa kali ditarik-tarik anak didik saya, minta digendong.


tampak barisan anak-anak muda sudah berdiri terpana melihat penampilan Anehabis. Itu adalah kali pertama saya melihat penampilan band yang sama sekali tidak aneh itu. Tapi sudah sejak lama, dan sempat saya bilang pada Adink, kalau dia dan Mondo adalah kombinasi yang sempurna. Benar saja, Anehabis tampil memukau. Namun sayang ketika saya datang mereka sedang menyanyikan lagu terakhir.


Lagu pertama yang ditampilkan Payung Teduh setelah pemotongan tumpeng adalah "Cerita Tentang Gunung dan Laut". Grogi tampak jelas di wajah Is, sang vokalis.beberapa kali dia berhenti bicara dan menghela napas. gugup itu mungkin kombinasi antara rasa bahagia, tidak sabar dan haru. itu yang saya tangkap. Comi berkali-kali melemparkan senyum ke penonton. Cito beberapa kali menurunkan kupluknya hingga menutup mata, dan menaikkannya lagi. Entah kenapa wajahnya memancarkan raut "orang iseng dan tidak sabaran". Ivan tampak tenang, tidak menoleh kemana-mana, berkonsentrasi dengan okulele-nya. 

Pemandangan itu sangat teduh sekali. Mereka tidak seperti kebanyakan band lainnya. Sederhana adalah kata paling sempurna untuk menggambarkan mereka. Dengan sederhana mereka mengucapkan terima kasih yang tulus ke beberapa pihak. Dengan sederhana mereka menghanyutkan semua orang di Aksara hari itu. Dengan sederhana mereka menciptakan sihir. Dengan sederhana mereka menghangatkan senja mendung itu.


Hari itu tata panggung dan pencahayaan sangat unik. Saya jadi teringat pementasan teater, bukan gigs. di lagu pertama muncul sinden cantik dengan suaranya yang bikin merinding. dan yang tidak kalah menarik adalah barisan lima gadis cantik yang menjadi backing vokal. Indah sekali.


Secara sederhana, Aksara sore itu hanyut dalam nada. Saya memang pengangum nada. Tapi saya pemujua kata. salah satu yang menyebabkan saya jatuh cinta pada Payung Teduh adalah lirik mereka yang begitu "sastra".

Petikan gitar Is, dentuman bass Comi, hentakan drum Cito dan iringan okulele Ivan adalah harmonisasi sempurna. Tapi itu bukan kekuatan utama mereka. Kekuatan utama Payung Teduh justru kesederhanaan. Lirik lagu mereka yang begitu indah dan puitis tersampaikan dengan sederhana. Payung Teduh tidak berhenti pada tahap menampilkan, tapi mereka menyampaikan. Mendengarkan Payung Teduh, bagi saya seperti sedang diajak berdialog dengan seorang teman yang cerdas dan bijaksana. 


Mendengarkan Payung Teduh seperti diingatkan bahwa tidak ada yang perli dicemaskan, "Biarlah".  Mendengarkan Payung Teduh, saya diajari untuk berteman dengan sepi daripada mengutukinya, sebab sunyipun bisa bernyanyi, "sunyi ini merdu seketika".

Entalah, bagi saya, musik ini yang saya cari. Musik yang penuh kesederhanaan dan indah.


Payung Teduh adalah jendela. Dari jendela itu saya bisa melihat hujan yang indah, daun-daun gugur, orang-orang yang rindu, orang yang menanti, aspal basah yang dramatis, pelangi yang sebentar lagi muncul, dingin yang pas untuk berselimut. Sesekali saya bisa melihat pantulan wajah saya di jendela itu. Bukankah itu inti dari musik yang hebat? Musik dimana kau melihat apa yang kau ingin lihat, juga melihat wajahmu di dalamnya?


Payung Teduh, teruslah sederhana.




 

(Album payung teduh yang saya beli di Aksara. Jadi teman sehari-hari di kantor ^_^)



Review ngaco ini ditulis oleh:
Halimah
-penulis amatiran yang takut sama lele-

Kamis, 29 Maret 2012

Organisasi Manusia Tanpa Anak

"Si Anum, temanmu waktu SD dulu sudah punya anak sekarang. Baru lahir kemarin sore."

Malam itu aku menelepon ibu untuk menanyakan kabarnya dan kabar asam urat yang sering mengganggu kakinya. Tapi dari suaranya, ibu terdengar baik-baik saja. Setelah kata 'halo', yang ditanyakannya bukan keadaanku, malah mengabarkan kelahiran seorang bayi.

Anum. Aku mengingat-ngingat lagi, membongkar-bongkar memori tentang teman-temanku di SD. Akhirnya ada satu wajah yang ku ingat. Ya, si Anum. Satu-satunya Anum di SD-ku. Kami sering bermain bersama di kebun kecil di samping sekolah. Membuat kolam kecil dengan menggali tanah dan mengalasinya dengan plastik lalu mengisinya dengan air. Kolam kecil yang kami isi dengan kelopak-kelopak bunga kuning yang baunya seperti tahi ayam. Kolam kecil yang kemudian dirusak orang lain.


Ah, Anum yang itu. Wajah isengnya, gaya tomboy-nya dan suaranya yang sangat mirip anak laki-laki. Dia jadi ibu sekarang? Kapan dia menikah? Dengan siapa?

"Oh ya?" jawabku kemudian pada ibu. "Wah..." aku tidak bisa menemukan ekspresi yang lebih baik. Entahlah, mungkin aku tidak tertarik pada kelahiran bayi atau terlalu lelah setelah bekerja.

"Anaknya perempuan."

"Ibu baik-baik saja, kan? Asam urat ibu masih sering kumat?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku ingin tahu kabar ibu, ayah dan rumah. setelah itu mengakhiri panggilan dan tidur.

"Baik. Kamu sendiri? Jaga kesehatan. Ingat, kamu tinggak sendiri di sana. Kalau sakit, siapa yang rawat?"

"Iya,bu." pesan ibu yang satu itu tidak pernah lupa diucapkannya sejak aku merantau ke Jakarta.

---

Begitu sampai ke kantor dan menyalakan komputer, situs pertama yang ku buka di laman jelajahku adalah Facebook. Aku sangat cinta kantorku yang demokratis ini. Tidak ada peraturan waktu, pakaian dan browsing. yang penting situs kami ter-update dengan baik.

Terpampang di beranda facebook-ku wajah seorang bayu yang masih merah. alisku berkerut mencari tau apakah foto ini tag dari orang lain atau benar-benar milik temanku. Ternyata benar, temanku, si Adi. Laki-laki yang hanya dua tahun lebih tua dari aku. sekarang dia punya anak. anaknya perempuan.


Aku tertawa-tawa mengingat bagaimana aku dan dia dulu saling goda, saling menggombali satu sama lain tanpa ada maksud apa-apa. Tanpa perasaan apa-apa, namun godaan kami sangat menusuk sehingga banyak yang mengira kami benar-benar berpacaaran.

Aku berjalan menuju pantry untuk membuat kopi, ritual pagi seperti biasa. Handphone ku berdering. sebuah pesan singkat masuk.


"Alhamdulillah, telah lahir putri kami dengan berat 2,5 kg berjenis kelamin perempuan."

aku tertawa membaca pesan itu. Ada dua alasan. Pertama, dalam waktu kurang dari 24 jam aku mendapat 3 kabar mengenai kelahiran bayi. Kedua, di pesan singkat yang dikirimi sepupuku itu tertulis kata "putri", lalu untuk apa keterangan "berjenis kelamin perempuan"?

Pagi ini kantor masih sepi. Sambil menyeruput kopi panasku aku membrowse di komputer. Aku sengaja datang lebih awal dari siapapun di ruangan ini untuk tenggelam ke dunia maya lebih lama.


Pelan-pelan ku raba wajahku yang berjerawat. Aku belum tua. Aku memang berjerawat tapi tidak berkeriput.  Namun orang-orang seumuranku sekarang sudah punya anak. Umurku baru 26 tahun. Begitu juga dengan umur mereka.

Bayi-bayi lucu itu, di sisi lain akan membuat dunia ini penuh. Dan kita, dengan kejahatan-kejahatan yang ada di kepala kita, akan mendidik bayi itu dengan cara yang salah. Dunia akan semakin kacau. Aku akan lebih sering menggeruti karena banyak orang dungu.

Ah, untuk apa aku khawatir. Aku mengaduk kopiku tanpa maksud apa-apa. Gula telah larut sejak tadi. Rasa kopi pun sudah pas. Hidup, mungkin lebih baik dibiarkan mengalir tanpa maksud apa-apa. Bukan begitu, orang-orang religius? Bukankah Tuhan telah mengatur hal sekecil apapun?


Mungkin di masa depan, aku tidak akan punya anak. Atau mungkin saja aku akan punya satu lusin anak. Entahlah. Tapi aku tidak terlalu suka keramaian. Daripada menambah jumlah manusia, bagaimana jika kita bekerja membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih asik ditinggali?


ah! benar!

Mungkin suatu saat aku akan jadi pemimpin sebuah organisasi dimana anggotanya tidak memiliki anak. bukan karena tidak ingin. Tapi menjaga dunia ini agar tidak terlalu ramai dan asik dijadikan tempat tinggal. Bukan karena tidak suka pada anak-anak, tapi ingin menyediakan tempat bermain yang lebih luas bagi mereka. Hahaha. Ide yang bagus!


Handphoneku berdering panjang. sebuah panggilan masuk.

"Halo?"

"Sayang," sapa suara di sana "kamu di kantor?"

"Ya, kenapa?"

"Lihat keluar, ada pelangi. Pagi-pagi begini, cantik sekali. Coba liat."

aku keluar dari ruanganku. Membuka jendela dan melihat sebentang pelangi yang cantik sekali.

"Waaaah, aku lupa kapan terakhir kali aku melihat pelangi secantik ini!" gumamku.

"Sayang.."

"Ya?"

"Aku sayang kamu."

"Aku juga sayang kamu."


Sepertinya ide menjadi ketua organisasi manusia tanpa anak bukan ide yang bagus. Aku ingin kawin dengan laki-laki ini. Dan punya anak yang banyak.






--Sambil mendengar lagu Desember Efek Rumah Kaca, sebuah cerpen aneh tercipta begitu saja dalam waktu setengah jam---

Jumat, 23 Maret 2012

Kadang Kadang

Kadang-kadang aku bermimpi besar
membuat film yang bagus, memenangkan oscar, menulis buku terbaik yang pernah ada, berkeliling dunia, menetap di India beberapa tahun, mendaki gunung tertinggi.

Kadang-kadang aku bermimpi kecil.
aku ingin tetap sehat untuk suami, anak-anak dan cucuku kelak.

Senin, 19 Maret 2012

KOPPAJA (Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan)

Bergabung dengan KOPPAJA sejak 2009, adalah salah satu kebahagiaan yang tidak terhitung harganya.

Di komunitas ini saya tidak perlu merasa tidak berdaya,
karena saya bertindak!

Di komunitas ini saya tidak perlu merasa miskin
karena saya berbagi

Di Komunitas ini saya lupa bagaimana rasanya kesepian
karena mereka ada


Di komunitas ini saya tidak perlu takut tidak dicintai
karena mereka ada, memeluk saya, mencium saya


Di komunitas ini, saya tidak sendiri

mereka adalah keluarga saya



di komunitas ini saya belajar tersenyum,
senyum manis seperti yang mereka punya di tengah kerasnya hidup jalanan


di komunitas ini, saya tidak punya alasan untuk berhenti
karena saya dibutuhkan


kenapa saya bertahan di sini?

singkat saja

saya bahagia

:)

Kamis, 15 Maret 2012

Sedang Mengerjakan Mimpi

Pertama kali saya nulis novel? Hmm, SMP kelas 3. Novelnya cengeng banget, sesuai kepribadian saya. Hahaha. Ceritanya juga cemen banget. Ada seorang perempuan, naksir cowo, cowo itu meninggal. Hahaha. sumpah cemen banget.


Novel serius berikutnya, saya tulis di kelas 3 SMA. Judulnya "Sayap Sayap Bumi". Tentang persahabatan Ranger gunung Sinabung. Inti novel ini sebenernya pergaulan anak-anak pecintah alam yang selalu dianggap sebelah mata. tebalnya 109 halaman A4. Saya kirim ke Gagas Media. Hasilnya? DITOLAK MENTAH-MENTAH! Hahahaha.

Novel berikutnya berjudul "Me and The Goblok Things Inside Me" dari judulnya aja keliatan ya, cemen banget buku ini. Ceritanya tentang seorang anak bernama Beni yang di dateng ke sekolah cuma untuk dapetin uang jajan. Novel ini terinspirasi dari lagu Halo Beni-nya The Adams. Saya kirim ke Bukune. Hasilnya? "Novel kamu bagus. Tapi kita belom bisa nerbitin novel." Penerbit, gak bisa nerbitin novel. Oke. Oke. Asu.

Novel berikutnya berjudul "Hingar Bingar". Saya kirim ke Bukune yang meminta saya untuk menulis personal literature. Jadilah si Hingar Bingar itu "diary" yang didalamnya saya umbar-umbar kebodohan saya. Hasilnya? Sejak akhir 2009, sampai sekarang gak ada kabar. saya sendiri capek telepon bolak-balik ke penerbit asu itu. gak ada satupun email yang mengkonfirmasi novel saya. ASU!

sejak itu saya berhenti menulis novel. Bisa dikatakan berhenti menulis total. dalam dua tahun hanya ada beberapa puisi dan satu cerpen yang menang sebuah lomba (dan lomba dibubarkan secara tiba-tiba oleh panitia asu itu). Mungkin menulis bukan garis tangan saya.


Tapi terima kasih untuk Payung Teduh.
karena lagu "Resah" mereka, saya melanjutkan menulis.


Kali ini bukan karena obsesi bahwa saya ingin jadi penulis. Bukan karena obsesi saya ingin dapat uang royalti, menjadi penulis kaya dan bisa kuliah di tempat impian saya. Kali ini saya menulis karena saya ingin menulis. Karena saya bahagia ketika menulis.

Senin, 12 Maret 2012

Arah

Tolong jawab,

kenapa aku selalu bertemu kau di tengah pelarianku dari dirimu?

apa aku salah arah?




---sedang mendengarkan: Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan oleh Payung Teduh-

Sabtu, 25 Februari 2012

Centralismo

:untuk Cikini 73

Seiring ku tulis huruf-huruf dalam surat untukmu ini

Matahari mulai menjingga, juga usiaku

Wahai, aku ingin sekali sampai ke pelukanmu segera

Sebab belakangan ini jarang sekali kau hadir dalam mimpiku

Tempat dimana aku bisa sepuas hati menciummu

Kenapa? Sudah tak sudi lagikah?



Barangkali semuanya memang diciptakan untuk berubah

Seperti bulan yang kemarin malam utuh untuk kemudian pecah

Kau pun perlahan berubah

Jangan merajuk, aku tak hilang arah



Sebab satu-satunya arah yang ku kenal adalah pelukmu

Sejak aku terpesona dengan tarian yang kau bawakan dengan kaki pincangmu

Sejak aku melihatmu begitu bercahaya di antara baluran debu

Sejak ku temukan senyummu dalam lembaran majalah di perpustakaan yang bau

Sejak itu satu-satunya arah yang ku kenal adalah pelukmu





Sejak itu pula segalanya menjadi asing bagiku.

Sejak itu pula malamku selalu jadi panjang karena aku harus memikirkanmu

Tanpa tahu bagaimana cara untuk lebih cepat sampai ke pelukmu

Tapi aku tak pernah hilang arah, janganlah kau merajuk



Setiap kali ku sebut Centralismo, orang-orang menertawaiku

Mereka bilang aku tak mungkin sampai kesana

Ya, akupun mulai ragu apakah aku bisa sampai ke sana

Sepatuku pun telah terlalu buruk untuk melangkah



Tapi selain pelukmu, kini aku buta arah

Aku berjalan, sayang, aku berlari

Jangan pernah bosan menungguku

Aku akan lama

Aku tak bisa mengira kapan aku akan sampai

Tapi kau tahu kan?

Aku buta arah

Yang ku kenal hanya pelukmu.

Aku tidak akan tersasar.

Maka jangan merajuk

Tunggu

Tunggu



Jumat, 17 Februari 2012

Hello! Just Come to Say Some Random Things!

Every time someone say "no, you cant do that!"
I was like,
"Bitch, watch! Just watch how I do it, you dumbass!"



Dulu sepertinya gak pernah kepikiran untuk mengatur keuangan. Kuliah dan kerja, keduanya berhasil dijalankan dengan baik tanpa perencanaan keuangan yang matang. Meskipun pada akhirnya gue sama sekali gak punya tabungan. Rasanya begitu bebas untuk mengeluarkan uang tanpa harus mikir, 'besok gimana?' 'minggu depan gimana?', 'perangkat mandi dan kebersihan apa yang habis?'. 

Sekarang, udah punya kerjaan tetap. Rasanya keren banget kalo ngeliat ke belakang, ke dua tahun yang lalu, gue kerja serabutan ngajar privat di tempat yang kurang jelas. Sampe Depok segala, pulang jam 11 malem. And now, here I am. Ruangan ber-AC, menulis, no drama, idealisme terjaga, gak ada perasaan menganjal, in touch dengan internet sebebas-bebasnya, well-paid, nice team. Gila aja kalo sampe gue gak bersyukur sama kerjaan gue yang sekarang. It's a dream come true!

Meskipun demikian, hahahaha, pake 'meskipun demikian'.


Yah, belakangan ini mungkin karena sudah mulai berpikir maju. sori, gue ogah dibilang berpikir tua. Gue selamanya muda. Muahahahahahaha. Jadi kalo mengeluarkan uang untuk sesuatu mulai perhitungan. Tapi harusnya sih masa bodo aja. Yang penting bisa bertahan hidup di belantara Jakarta ini, gak ngerepotin orang tua, gak kelaperan, gak ngemis, gak melacur. semoga gaji bulan depan sudah bisa dialokasikan untuk ngirimin duit buat mama. dan semoga dapet kerja sampingan. hehehehehehehe



Kerasa banget, Im in progress. Good progress.
ternyata ini efek dari gigi geraham terakhir yang orang bilang wisdom teeth. setelah operasi uperkolektomi, gue bener-bener mikir untuk hidup gue.



shit, beneran random. 

yah, gue baru mau mulai mengasah insting menulis gue lagi.
belakangan ini kebanyakan nulis berita, jadinya cara bertutur gue kaku.



oke deh, sekian.



random?

told ya.

Rabu, 15 Februari 2012

My Sweet Daddy

I have the sweetest daddy in the entire universe!

Yah, kadang-kadang memang ayahku suka terlalu protektif dan mengkhawatirkan aku.

Padahal anaknya ini sudah jadi anak yang kuat. Hehehe, boong ding.

Tadi malam ayah menelpon dan menanyakan kabar, pekerjaan dan kesehatanku.

Seperti biasa ayah selalu tertawa miris mendengar jawabanku, "lagi di kos, sendirian."

seperti pertama kali dia melihat aku jatuh dari sepeda, dia tertawa antara kasian tapi dia tau bahwa setelah jatuh aku akan bisa melaju kencang dengan sepedaku dan lebih kuat dari biasanya.


Love you dad, love you mom.

terima kasih telah membiarkan aku memilih jalanku.
terima kasih telah bersabar diantara rasa khawatir kalian dan membiarkan aku hidup di jalan yang aku sukai.
terima kasih telah mempercayai aku, bahwa aku melakukan yang benar meskipun aku terlihat salah di mata semua orang.


Oh, yang benar saja aku harus bersedih!
aku punya kalian!



soooo much kisses and hugs!

Jumat, 10 Februari 2012

The Excellent Old Days

Dedicated to Ipoh, Karina, Karenina, Lisna, Dessy, Yolan, Dona, Tata, Cassinta, Astri, Mita, Nina and all of those lovely friends of mine at college.


Oh how much I miss those days!

dimana gue dateng ke kampus dan selalu menjadi yang paling telat.
dan kalian-kalian menyambut saya dengan tertawa geli melihat cara berpakaian saya yang nyentrik dan aneh.

gue kangen waktu-waktu dimana kita dengan seenak udel bawa makanan ke musola dan bikin orang lain jadi ilfeel untuk solat karena space-nya telah kita jajah.

dimana henti kita makan udah kayak orang syukuran. gue inget banget beli gorengan 20.000 abis dalam waktu kurang dari 10 menit.


How much I miss the day.
those beautiful day with my pecuns.

kuliah samasekali tanpa beban.
tugas copy paste, ulangan super nyantai.

dimana kita saling mendukung pas saat-saat genting mengerjakan TA.

dimana muncul istilah "air mata ghoib".


hhahahahahahahhaha....

dimana setiap kali mo menghadap dosen, bukannya ngomong "bismillah" malah ngomong "semelah"


parah.

dimana kita dengan bebas makan, makan, dan makan.
belajar yang sesanggupnya aja.

nomer satu makan.
trus ketawa dan poto-poto.
emangnya pernah kita ngelewatin satu hari aja tanpa poto?
hahahah


i miss this





 i miss the silly things we do. godain abang otak-otak, abang baso malang, satpam, supir angkot dengan mengatakan "engggggaa bang" huhuuhuu




i miss u so much, girls..

xoxo

Senin, 23 Januari 2012

Pingsan

Kemarin pingsan untuk pertama kalinya dalam 21 tahun.
wah...

ga mau pingsan lagi.

Jumat, 20 Januari 2012

Selasa, 17 Januari 2012

Selasa, 10 Januari 2012

Bukan



yang membuatku selalu terdiam belakangan ini

bukan penghianatan

bukan kepergian

tapi kenangan

kau pernah membuatku sangat bahagia

sangat bahagia

Kamis, 05 Januari 2012

i was dying at December, January i will heal, may be i will be deeply in love at February and gonna be sooooooo happy at March

December treated me so bad.
it made me so temper. fucking temper.
December, I got the very first surgery of my life. and then the second.
December, I made my mom and dad so mad.
but December I had my graduation day.
December, my lovey dovey uncle saved my life.
may be December wasnt all that bad