Selasa, 18 Oktober 2011

Tagline Baru dan Tulisan Lama Mengenai Kehilangan (Untuk Mate-ku, Neva)

"Come, come. Do come and read. I'll show You My Big Teeth."

itu tagline baru blog saya! Kenapa diganti? Hum, yang sebelumnya itu terlalu serius! Why so serious, kata Joker. What's the point of being serious, kata Sexy Sam di film Kabhi Alvida Naa Kehna. Nah, mengenai tagline baru ini, sebenernya cuman ajakan untuk baca blog saya. Dan anda gak akan menemukan banyak hal dalam blog ini. Ini cuma sekumpulan tulisan egois, yang berpusat di kepala dan hati saya. Sangat Centralismo. Apa hubungannya sama 'big teeth'? hahaha, ga ada! Gigi saya memang besar. Terlebih dua gigi seri depan saya. Sampe kata si Ucup gigi saya gedenya kaya jagung hidrida. haha sialan!


eniwei, seorang teman saya baru saja patah hati. Maaf, bukan teman, tapi mate. Ah, panjang kalo harus saya tuliskan betapa akrabnya saya. Untuk saat ini yang saya mampu tuliskan cuma... saya sayang dia. berikut positngan lama dari saya di blog yang lama. Juni 2009. Mungkin bisa sedikit meredakan Neva. Aamiin.

BIARKAN DIA PERGI


Tidak kehilangan udara tapi sangat sulit bernapas. tidak ada yang menusuk mata tapi mata ini begitu pedih dan menangis. menangis, menangis lagi dan terus menangis seperti banyi yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong dirinya. inilah yang terjadi saat "dia" pergi. kau pasti pernah merasakannya. iya, kan, kawan?

tapi bialah dia pergi. mungkin dia sedang kangen pada sepi. atau mungkin, sepi yang kangen pada kita. ini sungguh saat-saat yang menyiksa tapi biarlajh dia pergi. seperti segalanya yang juga akan pergi.

udara yang kita hirup sekarang, pasti kita hembuskan lagi. maka biarkan dia pergi seperti oksigen yang kita masukkan ke rongga hidung kita, menuju rongga dada, bersatu dengan aliran darah, membantu laju jantung, dan akhirnya menyambung nyawa kita. membuat kita hidup. tapi kita tidak bisa menahannya lama-lama dalam paru-paru kita. jika diatahan, kita yang akan sesak. maka biarkanlah dia pergi…

walaupun sangat pedih untuk membiarkan sesuatu yang menghidupi kita pergi, dia emang harus begitu. kita hanya perlu mengingat saat-saat dramatik waktu dia membantu kita untuk tetap hidup. berterimakasihlah pada Tuhan, yang sudah mengirim dia pada kita. itu saja, lalu biarkan dia pergi…

jika Tuhan mau, mungkin oksigen yang kita hembuskan kita bisa kembali pada kita. mungkin oksigen yang kita hela dalam bentuk karbiondioksida itu akan pergi menuju hijau daun-daun. dam jika daun itu berbaik hati… maka dia akan merubah karbondioksida itu menjadi oksigen yang siap kita hirup lagi. mengalir dalam darah kita lagi, menghidupi kita lagi… tapi kalau sudah waktunya dia pergi, biarkan dia pergi….
biarkan dia pergi seperti air yang jika tidak mengalir maka dia tidak memenuhi sifat sebagai air. bahkan jika kita mencoba membendungnya, dia akan tetap pergi dengan cara menguap ke langit. lalau harus apa?

maka biarkan dia pergi ke langit…. jika angin berbaik hati maka dia akan mengembalikan air itu pada kita dalam bentuk hujan. tapi jika sudah waktunya hujan itu pergi, relakan dia untuk pergi bersama datangnya kemarau.

biarkan dia pergi, ini adalah esensi dari ketidakabadian. dia pergi bukan karena tidak diperjuangkan, tapi karena dia memang harus pergi.


dan aku akan memohon pada angin,
untuk mengembalikan air ku
juga memohon pada daun,
untuk mengembalikan oksigenku
sekali lagi saja…
lalu pergilah, jika memang harus pergi!

2 komentar:

Tiada kesan tanpa komentarmu...