Kamis, 13 Oktober 2011




Aku mengingatmu. Semester pertama aku menginjakkan kaki di kampusku hingga kini menjelang wisuda, kau lah laki-laki yang kuimpikan. Tak lepas meski berkali aku melepas alas kaki.

Harusnya ku bicarakan banyak hal padamu, lelaki. Aku ingin kau dengar semua. Tentang aku yang selalu mengingatmu. Tapi kita selalu berbicara tanpa sedikitpun suara. Duduk berjam-jam memandangi kabut Mandalawangi, sesekali kau selipkan jari-jarimu diantara jariku, tak lama kau lepaskan. Sesekali kau menatapku, kemudian memandang kea rah lain. Sementara aku tak berani memandangmu. Matamu. Terlalu indah. Entah bagaimana caranya, semua kata tersampaikan. Diantara asap rokokmu, diantara nyanyian sumbangmu diantara suara beratmu aku menemukan kebahagiaanku yang selama ini terserak-serak dan hilang. Tak ada yang pantas disesali dari hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...