Rabu, 26 Oktober 2011

Pointless Destiny

Saya akan menyimpan banyak benda.

karcis masuk Hutan Raya Cibodas 2 Januari 2011,
tiket bus PO Marita Kampung Rambutan-Cibodas,
tiket kereta api ekonomi Jakarta-Jogja dan Jogja-Jakarta,
tiket masuk candi borobudur,
kartu nama Hotel Harum di jalan Sosrowidjan Jogjakarta
tiket nonton The Fast and Furiuos 4, The Night and The Museum 2, Virgin 2 dan Kungfu Panda 2.
gelang jalinan benang warna ungu bertuliskan "LOMBOK"
gelang hitam yang dibeli pada April 2009 di jembatan terminal Blok M
kartu bermain amazone
dan banyak lagi.

Ya, benda-benda itu akan saya simpan selama mungkin.
Benda-benda itu kelak akan membawa saya pada kesedihan,
tapi benda-benda itu pula akan menjadi bukti otentik
bahwa saya pernah benar-benar melewati hari saya dengan cing
bahwa saya pernah jadi bagian dari hari-harinya
bahwa setidaknya, dia pernah berjanji akan bersama saya selamanya.
bahwa dia pernah berjanji, saya adalah orang terakhir dalam hidupnya.


Saya pernah bilang pada cing, bahwa tidak mungkin takdir mempertemukan kami dari ribuan blog, melalui ribuan kilometer, melewati ratusan hari tanpa komunikasi, terpisah, kemudian bertemu lagi jika bukan karena "sesuatu".

Saya yakin, cing adalah takdir saya. He is my destiny.


Tapi, keyakinan kita kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Sungguh, itu tak apa walaupun demikian pahit. Sama saja seperti orang yang yakin bahwa agama adalah penyelamat, tapi lihatlah kenyataan begitu banyak darah yang tertumpah atas nama agama. Tapi masih saja banyak yang yakin akan agama. Keyakinan tidak harus sejalan dengan kenyataan. Biarlah.


Mungkin cing, dan benda-benda itu adalah takdir yang tidak ada maksudnya. Ada yang bilang, segala sesuatu terjadi untuk sebuah alasan. Everything happens for a reason. Ada juga yang bilang, semua ada hikmahnya. Itu semua terlalu indah. Saya menyiapkan diri kalau cing dan semua hal di atas adalah pointless destiny. Saya tidak mau berharap banyak. Saya juga tidak mau mengeluh. Pointless Destiny. Ah, Tuhan tidak mungkin kurang kerjaan, mungkin dia ingin saya jadi lebih bijak.


Saya harus mengikhlaskan cing,
saya harus bahagia jika ini yang membuat cing bahagia
apa saya merasa sedih?
sangat.
rasanya sulit membuka mata karena perih.
sangat kehilangan.
Tapi saya harus kuat, karena...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...