Selasa, 08 Juli 2014

Membaca Wanita India: Mendengar Sitar, Shehnai dan Ragha

Hampir dua bulan ini saya menghabiskan waktu untuk membaca karya-karya penulis India yang kebetulan semuanya perempuan. Awalnya saya membaca "Unaccustomed Earth" karya Jhumpa Lahiri. Selesai itu, saya membaca "The Mistress of Spices" karya Chitra Banerjee Divakaruni. Kemudian saya lanjut baca pemenang Pulitzer Prize "Interpreter of Maladies" karya Jhumpa Lahiri. Lanjut lagi, saya kembali ke karya Divakaruni yang berjudul "The Unknown Error of Our Lives". Terakhir, saya membaca pemenang The Booker Prize, "The God of the Small Things" karya Arundhati Roy.




Saya memang punya obsesi tersendiri tentang kebudayaan India. Saya penikmat garis keras film-film Bollywood, seberapa tidak masuk akalpun mereka. Dan pilihan saya untuk membaca buku-buku ini, selain karena beberapa dari mereka memenangkan penghargaan, adalah karena saya menyukai budaya India. Tidak semua buku berlatar budaya India yang saya beli itu bagus. Saya pernah kena 'apes', membeli buku berjudul "The Red Carpet, Banglore Stories" karya Lavanya Shankaran. Saya hanya sanggup menyelesaikan setengah karena ceritanya jelek.


Awalnya, saya ingin membandingkan cara menulis Jhumpa Lahiri dan Divakaruni. Di antara dua penulis Bengali itu, saya lebih suka cara menulis Lahiri. Kalau diibaratkan hentakan musik klasik India, tulisan Lahiri terdengar seperti hentakan sitar Ashad Khan dalam Mausam and Escape; lincah, bertempo cepat, menukik dan membuat orang bersemangat. Sementara karya Divakaruni lebih seperti bunyi shehnai dalam resital pemujaan dewa. Ada kalanya tulisannya sejuk dan membuat melayang, namun temponya terlalu lambat hingga mengundang kantuk.


Awalnya, saya ingin membandingkan secara detil tentang tulisan kedua wanita itu, namun niat itu urung setelah membaca Arudhati Roy.


Kelaaarrrrrrrrr!


Saya kira Lahiri adalah penulis wanita India terkeren, namun Arundhati ternyata bikin saya merinding di halaman pertamanya. Kelarlah sudah kecintaan saya sama Lahiri. Arundhati, jika kita kembalikan ke analogi musik klasik India, adalah bunyi sitar, shehnai, tabla dan rapalan ragha dalam sebuah pooja yang indah. Dia padat, harmonis, ramai sekaligus sepi.


Saya rasa, tidak ada gunanya membahas jauh-jauh soal kelima buku ini. Saya bukan ahli. Ilmu saya masih belum cukup untuk menilik karya-karya besar ini. Pendapat saya soal kelima buku ini sudah saya sampaikan dan menurut saya itu cukup. Selebihnya, saya hanya akan membagi kutipan favorit saya dalam buku-buku tersebut. Siapa tahu, anda jadi tertarik membacanya.








"I don't think even my birth made her as happy. I was evidence of her marriage to my father,  an assumed consequences of the life she had been raised to lead. But Pranab Kaku was different. He was the one totally unanticipated pleasure in her life."  ("Hell-Heaven" dalam Unaccustomed Earth karya Jhumpa Lahiri)







"Miranda menangis semakin keras, tidak bisa berhenti. Tetapi Rohin tetap tidur. Miranda menduga kini anak itu sudah terbiasa mendengar suara wanita menangis."  ("Seksi" dalam Interpreter of Maladies karya Jhumpa Lahiri)


" 'Istriku memberiku rompi sweter untuk ulang tahun pernikahan kami,' keluhnya pada bartender, kepalanya pusing karena cognac. 'Apa yang kauharapkan?' jawab si bartender. 'Kau 'kan sudah menikah'." ("Masalah Sementara dalam Interpreter of Maladies karya Jhumpa Lahiri)






"Cinta seorang pria baik dapat menyelamatkan hidupmu." ("Cinta Seorang Pria Baik" dalam The Unkown Errors of Our Lives karya Divakaruni)







"Peluklah dia. Panggillah dia dengan nama ajaib masa kanak-kanakmu, Mommy, yang dulu membuat semuanya jadi beres. Tak perlu banyak kata-kata, permintaan maaf atau penyalahan. Biarkan kulit bicara dengan kulit saat kau menekankan wajahmu ke lehernya, wangi yang sudah kaukenal selama ini." (The Mistress of Spices" karya Divakaruni)







"If you're happy in a dream, Ammu, does it count?" Estha asked.
"Does what count?"
"The happiness. Does it count?"  ("The God of Small Things" karya Arundhati Roy) 




Sekian catatan mengenai penulis India yang kebetulan wanita semua ini. Hehe. Kalau ada saran tentang karya penulis India lain yang harus saya baca, saya tunggu saran kamu dengan senang hati.



 Cheers! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...