Senin, 13 Januari 2014

Pada Sebuah Kepulangan

:buat ayah


Ini adalah pulang tersingkat yang kulakukan. Seperti sebelum-sebelumnya, tak peduli selama apapun aku berada di rumah, kau akan selalu merasa aku pergi terlalu cepat. Bagimu, mungkin aku adalah sesuatu yang selalu ingin kautahan, selalu ingin kaurumahkan, namun tak berhasil. Mungkin itu yang membuat apa-apa yang dulu hangat antara kita kini mendingin.

Aku ingin sekali bercerita banyak denganmu. Tapi obrolan kita selalu akan berujung pada pembahasan soal perbedaan kita, yang itu-itu juga. Tak berubah sejak dulu. Aku lebih suka diam ketimbang memulai lagi perdebatan yang itu-itu juga.

 Pada setiap kepulanganku, sebenarnya aku berharap lebih dari sekedar jabat tangan yang kita lakukan dengan rikuh dan kaku. Kalaulah masih pantas, aku ingin sekali kaubonceng seperti dulu kau mengantarku pergi ke sekolah untuk pertama kali. Kalau masih pantas, aku ingin sekali menggandeng tanganmu, lalu pergi berkeliling pasar dan pulang dengan berbagai macam kue dalam kantong plastik. Kalau masih pantas, aku ingin kau gendong seperti dulu kau mengangkatku dari ruang TV ke kamar ketika aku tertidur.


Sering aku berpikir tentang seberapa jauh keputusan-keputusanku ini menyakitimu. Sering aku merasa sedih bahwa untuk menjalani hidup yang aku inginkan, aku tidak menghiraukan perasaanmu. Sering terpikir untuk mengakhiri semua dan menjadi anak perempuan yang baik bagimu. Semua itu membuat aku sangat kesepian.


Pada kepulangan kali ini kita tidak banyak bicara. Tidak banyak bertukar kabar. Tapi setidaknya, kita juga tidak berdebat. Mungkin diam ini adalah usaha terbaik kita berdua untuk menjembatani perbedaan itu. Dan aku tahu dalam diam ini kita sedang berusaha untuk tidak saling melukai.


Maka dalam diam ini, kuharap kita saling tahu bahwa kita saling cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...