Sabtu, 08 Maret 2014

Kawan Kecil Ini...

Mari kuceritakan keadaannya,


semua berantakan.


Aku berada dalam sebuah perjalanan panjang. Teman-teman seperjalananku satu-satu berguguran. Ada yang pulang. Ada yang berhenti. Ada yang memutar arah, mengubah tujuan. Mereka bilang jalan ini terlalu melelahkan. Aku kecewa, namun tidak bisa marah. Aku tidak berhak memaksa mereka menjalani arah peta yang sama.

Ada juga yang mengirimiku surat. Teman-teman dari masa lalu. "Bagaimana perjalananmu? Menyenangkan? Sudah sampaikah kamu di tujuan?"

 Sungguh sebuah surat yang kurang ajar. Mereka tidak benar-benar ingin menanyakan perjalananku. Mereka hanya ingin mentertawaiku, mentertawai pilihanku. Ini yang tidak mereka tuliskan (tapi aku yakin mereka bicarakan di belakangku): "Lihat si bodoh itu. Dulu dia sok berani, sok pingin melawan arus, sok berbeda. Sekarang dia tersesat di perjalanan panjang dan tidak kunjung sampai di tujuannya."


Jadi di sinilah aku. Sendiri. Di jalan yang tidak kukenal, tidak kuketahui ujungnya. Segalanya terasa menakutkan. Apa yang kucoba acapkali berakhir gagal. Sangat menyiksa. Aku ragu dan mulai mempertanyakan setiap keputusan, setiap detik. Melelahkan.


Lalu datanglah kawan kecil ini. Sungguh kali ini semesta menggunakan cara yang cukup aneh untuk mengirim seorang kawan.Namun aku tidak pernah merasa asing padanya. Kurasa, di kehidupan sebelumnya kami memang sudah berteman.

 Kawan kecil ini menyediakan waktunya setiap malam untuk bertanya, "sudah sampai mana?" seakan memastikan aku masih meneruskan perjalanan itu dan tidak berhenti.

Kawan kecil ini percaya pada perjalanan yang kupilih, ketika semua orang menganggapku bodoh karena itu.
 
Kurasa, kepercayaan dari kawan kecil ini adalah pertanda bahwa aku harus tetap berjalan.


Meneruskan perjalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...