Kamis, 23 Februari 2017

Dongeng Kokoh Galak



Ini adalah kisah tentang seorang Kokoh Galak yang doyan minum susu.

Beberapa waktu lalu banjir datang menerpa Kota J. Dan beberapa tahun terakhir, apapun yang terjadi di Kota J, yang disalahin selalu Kokoh Galak. Bahkan, apapun yang terjadi di Negara I, yang salah tetep Kokoh Galak. Kalo bukan Kokoh Galak, ya Pakde Ndeso. Siapapun biang keroknya, yang salah tetap mereka berdua.

Waktu banjir menerpa Kota J, seorang lelaki tampan bernama Pak Manies datang ke lokasi banjir. Dengan jas anti hujan dia berjalan gagah menerobos banjir sambil memeluk seorang Ibu secara unyu. Uuuww so sweet. Penduduk Kota J dan Negara I pun langsung terpesona sama peluk-peluk lucuk Pak Manies. Uwuwuwuw.

Sebenernya Kokoh Galak juga datang ke tempat banjir menerpa. Kokoh melihat dari kejauhan, bikin kalkulasi tentang apa yang harus dia perbaiki dan apa yang diperlukan warga Kota J yang kena banjir. Setelah dapat solusinya, Kokoh Galak bersiap-siap pulang. Para juru-hore Kokoh Galakpun kelimpungan.

"Koh! Kok malah pulang, sih? Ini udah kita sediain perahu. Masuk dong ke area banjirnya. Kita butuh foto untuk hore-hore," kata salah satu juru-hore. Dia rungsing.

"Gue udah tau apa yang musti gue perbaikin. Bantuan udah gue suruh turun. Ini gue mau lanjut kerja. Ngapain gue turun? Emangnya kalo gue turun banjirnya surut?"

"Tapi, Koh. Setidaknya lo foto-fotolah. Biar gak banyak banget yang nyinyirin elu!"

"Dinyinyirin mah udah gak ada rasanya lagi di gue. Kepala gue aja dihargain satu milyar buat dipenggal!"

"Foto bentarlah, Koh. Tunjukkan kalo lo peduli."

"Heh! Dengerin. Kepedulian gue adalah ngejalanin tugas gue sebaik-baiknya. Mendesain kota ini biar gak banjir. Gue gak tidur berhari-hari mikirin nih kota, biar cuman gue yang tau. Gue gak perlu foto! Kerja gue lebih berdampak dari turun dan foto-foto!"

"Terserah lo deh, Koh. Capek gue nasehatin lu."

"Kalok lo emang butuh banget foto biar Pak Kumis aja deh yang turun dan foto-foto."

Tidak ada satupun foto diambil hari itu. Dan besoknya si Kokoh Galak diberitakan sebagai monster yang tidak punya simpati, gak sudi celananya basah sama banjir. Banjir yang seharusnya dijadikan ajang instropeksi malah dijadikan ajang serang-menyerang. Siapa yang paling menderita? Mungkin, juru-hore yang menepuk jidat sambil bilang, "apa gue bilang!"

----

Di kesempatan lain, beberapa bulan sebelum banjir tiba, Juru Hore datang menemui Kokoh Galak.

"Koh, kita dangdutan yuk!"

"Siapa yang nikah?" tanya Kokoh Galak yang terbiasa dihibur dengan dangdutan ketika datang ke kondangan rakyatnya.

"Bukan. Dangdutan di tipi, Koh. Saya juga bingung sih, ini acara dangdutan apa reality show. Banyakan ngemengnya daripada nyanyi dangdutnya. Tapi ratingnya tinggi."

"Terus, gue ngapain di sana?"

"Ya nyanyi dangdutlah!"

"Gue mau tanya sama lo."

"Apa tuh, Koh?"

"Emangnya gue ini lagi ada di ajang pemilihan pelayan rakyat atau biduan rakyat."

"Pelayan, Koh."

"Lo kalo milih pelayan, pilih yang bisa kerja bener atau yang bisa nyanyi?"

"Yang bisa kerjalah."

"YHA TERUS KENAPA LO SURUH GUE NYANYI? LO TAU SUARA GUE UDAH KAYAK GIANT-NYA DORAEMON!!!"

"TAPI INIH ACARA RATING TINGGI, KOH!" kata Juru Hore yang emosi melihat kerasnya kepala Kokoh Galak.

"YA BODO AMAT! INI KERJAAN GUE MASIH BANYAK. NGAPAIN GUE IKUT DANGDUTAN MALEM-MALEM?"

"TERSERAH ELO DEH KOH!"

Akhirnya niat Juru Hore menampilkan Kokoh Galak di acara dangdut batal. Beberapa hari kemudian, Pak Manies terlihat tampil di acara dangdutan tersebut. Juru Hore misuh-misuh.

"Tuh kan! Gue bilang juga apa, Koh. Dangdut itu cara yang paling enak buat deketin rakyat!"

"Gue deketin rakyat pake kerjaan gue ajalah. Gue gak bakat dangdutan," kata Kokoh Galak, lalu lanjut kerja lagi.

---

Suatu hari, nggak biasanya, Juru Hore tampak Bete. Kokoh Galakpun mendekatinya.

"Kenapa muka lo kayak kain lap gitu?" tanya Kokoh Galak

"GARA GARA LO SUSAH DIBILANGIN!"

"Lo jangan marah-marah gitu. Kalo ada masalah, ayo kita obrolin. Emang gue kenapa?"

"Bisa gak lo tuh kalo ngomong dimanis-manisin dikit? Gue gak tega lo dinyinyirin orang-orang mulu. Gue tau maksud lo baik, lo gak mau pencitraan. tapi realitanya, masih banyak yang suka hal-hal menye-menye."

"Terus gue harus gimana?"

"Ya tuh bibir manis dikit kalo ngomong! Ibarat pacaran nih ya, lo harus pinter-pinter ngerayu."

"Gue sih kalo pacaran lebih suka nunjukin apa yang bisa dan sudah gue lakuin ke dia. Itu bukti cinta!"

"Iya, tapi yang namanya cinta butuh janji. Ibarat orang pacaran, kudu dijanjiin nikah. Masalah janji lo realistis ato enggak, itu masalah nanti. yang penting pacar lo klepek-klepek dulu."

"Jadi gue kudu janji yang heboh-heboh meski itu harapan kosong?"

"Itu realita, Koh! Masih banyak yang lebih suka janji daripada bukti!"

Kokoh terdiam sejenak. Wajahnya tampak serius dan sendu. Juru Hore mengelus pundak Kokoh Galak dan menguatkannya.

"Mau, ya, Koh? Lo mau berubah, ya?"

"Gue bakal berubah. Gue bakal lebih sopan kalo ngomong."

"Nah, gitu dong, Koh!"

"Tapi gue tetap gak mau pura-pura manis dan ngasih janji heboh. Meski sekarang semua gak mau lihat hasil kerja gue, gue yakin suatu saat rakyat juga yang nikmatin kerjaan gue. Ntar mereka juga pada sadar."

"Koh!"

"Maaf, itu bukan gue. Bermanis-manis tanpa kerja itu bukan cara gue."

"Ini demi suara! Biar lo kepilih!"

"Gue disumpah untuk kerja. Bukan untuk ngasih janji manis atau dangdutan atau foto-foto pas banjir."

"ITU KEPALA TERBUAT DARI APA SIH KOH? KERAS BANGET KAYAK RENGGINANG KELAMAAN DIJEMUR! MASYA ALLAH!"

Kokoh menatap mata Juru Hore dengan tajam. Lalu, dengan suaranya yang sejelek Giant di kartun Doraemon, Kokoh Galak bersenandung lagu Frank Sinatra

"For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has naught
To say the things he truly feels and not the words of one who kneels
The record shows I took the blows and did it my way
Yes, it was my way~"

---
Demikianlah dongeng ini saya sampaikan. Apabila ada kesamaan karakter, yah, mungkin aja sosok Kokoh Galak dan segala idelismenya memang ada di negara kita ini. Yang penting abis baca dongeng ini jangan pada marah-marah dan gatal-gatal aja, sik. Sekian~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...