Kali ini sasaran kemarahan netizen adalah Festival #MakanMayit, sebuah seni pertunjukan karya seniman Natasha Gabriela Tontey. Sebuah pertunjukan yang mengusung tema horor, ketakutan manusia dan kanibalisme.
Jika anda berperut lemah dan cepat mual, jangan lanjutkan baca tulisan ini.
Menyelami Horor #MakanMayit
Seorang biarawati berjalan dengan baju khasnya: putih pucat dan lengkap dengan rosario menggantung di dadanya. Dia membawa sebuah penyangga lilin berbentuk tangan manusia yang di setiap ujung jarinya terdapat lilin putih menyala. Jika pada umumnya biarawati menyembunyikan rambut mereka dengan rapi, biarawati yang satu ini menggerai rambut pendeknya. Diterangi cahaya lilin yang temaram, biarawati itu menyeringai.
Biarawati itu membimbing para hadirin ke meja makan. Bermacam-macam hidangan sudah tersedia di meja itu: otak manusia dengan saus darah, darah kental disusun rapi di gelas-gelas ramping, janin yang masih merah dan hidangan utama: bayi dengan tubuh yang tidak lagi utuh.
Hadirin dipersilahkan menyantap hidangan tersebut. Sementara sang biarawati akan berkeliling, memastikan semua tamunya puas dengan hidangan. Semua makan dengan lahap, tidak ada yang pulang dengan keadaan lapar malam itu.
Membaca deskripsi di atas, apakah anda membayangkan ini seperti adegan di film horor? Ya, inilah yang terjadi di #MakanMayit. Hanya saja, menu makanan yang disebutkan adalah makanan yang bentuknya diolah sedemikian rupa menyerupai tubuh bayi. Darah yang dihidangkan sebagai minuman adalah jus buah dan janin bayi terbuat dari jelly dengan warna yang menyerupai darah. Dan sang biarawati yang menyambut hadirin bukanlah biarawati sungguhan melainkan sang seniman; Natasha Gabriella Tontey.
Bagi saya, pertunjukan ini menjijikkan. Lambung saya yang sudah lama bermasalah langsung memberontak ketika malam itu saya melihat tagar #MakanMayit di lini masa Instagram. Tapi rasa ingin tahu membuat saya terus scrolling. Sampai akhirnya rasa jijik saya berubah menjadi rasa heran.
Bukan heran terhadap festival #MakanMayit, melainkan heran pada netizen. Netizen murka dan memuntabkan kemarahannya ke banyak pihak. Tidak hanya ke Natasha sebagai seniman, tapi pada tempat acara diselenggarakan dan orang-orang yang hadir di acara tersebut. Dan tentu saja, di setiap kejadian ada yang menyalahkan Jokowi.
Kemarahan netizen tidak lagi terbendung. Mereka mengucapkan kata-kata yang (menurut saya) lebih sadis daripada sekelompok orang yang berpura-pura memakan bayi. Gila, psycho, sakit jiwa, tolol, dongo, muka jelek babi, komunis (iya, saya heran kenapa komunis ini gampang sekali dibawa dalam perdebatan apapun di Indonesia), PKI dan serangkaian kata kasar lainnya.
Natasha Gabriella Tontey |
Belakangan, para ibu (sekaligus netizen) yang sakit hatinya ramai-ramai memposting foto bayi mereka di Instagram. Mungkin, ini adalah gerakan counter yang ingin menyampaikan pesan bahwa bayi adalah makhluk yang indah yang seharusnya dihargai sebagaimana menghargai ibu yang sudah melahirkan mereka. Tapi, silahkan tengok sendiri caption dari foto bayi-bayi imut tersebut. Isinya kemarahan, yang tak jarang diiringi serapah terhadap Natasha.