Minggu, 23 Juni 2013

Membangun Masa Lalu

Saya bosan sama si Masa Depan. Bosan dan kesal, tepatnya. Si Masa Depan ini selalu muncul dimana-mana. Selalu jadi bahan obrolan, ditulis besar-besar di spanduk jalanan, dicetak tebal-tebal di buku-buku sekolah, dijadikan berita utama di koran-koran. Masa depan lebih baik, masa depan cerah, masa depan gemilang.


Masa depan itu apa, sih? Apa ukurannya? Kapan datangnya? 


Pernah sekali saya ajak teman saya pergi, kemudian dia jawab; "Enggak, ah. Gak mau buang-buang waktu lagi sekarang. Mau kerja yang bener, mau mikirin masa depan." 


Di lain kesempatan, seseorang bilang ke saya; "Gak bakal ada masa depannya kalau kamu terus-terusan sama aku. Kamu layak punya masa depan yang lebih baik.Udahlah."


Teman yang lain juga pernah bilang; "Lu kalau mau punya masa depan cerah, jangan lama-lama kerja di sini. Harus punya cadangan."


Ibu saya juga pernah bilang; "Yang nentuin masa depan kamu, ya kamu sendiri. Yang ngerasain masa depan kamu juga kamu sendiri. Makanya, pikirkan matang-matang."


Ada juga yang bilang, "How old are you, again? Don't you think it's time to talk about.. you know... future husband?"


Apa sih masa depan itu? Kalau saya bilang, saya lebih peduli sama masa lalu, apa lantas saya jadi orang bodoh?

Saya lebih suka membuka buku masa lalu saya. Then, i was like....

"Oh, dulu tuh gue rajin dateng ke acara-acara komunitas yang beda-beda, makanya gue bisa punya temen yang latar belakangnya juga jauh berbeda."

"Dulu tuh gue masa bodo amat sama yang namanya wajah. Gak heran kalo hari ini bekas jerawat gue dimana-mana. Gak boleh kayak gitu lagi, ah."

"Ooooh, ternyata dulu gue pernah nyoba ini, dan gagal. Coba lagi, seru kali, ya?:"

"Dulu gue keren, bisa ngerjain ini, itu. Sekarang kok enggak bisa ya? Apa gue kebanyakan tidur? Coba lagi ah..."

"Ya ampuuuun, dulu kan doi gebetan gue. Sekarang udah maen pelem nih dia? Hahahaha.."

Dan banyak lagi...

So, saya lebih suka hidup dengan membangun masa lalu. Jadi setiap kali saya bangun pagi, saya bisa "melihat ke belakang" dan menyadari apa yang saya perbuat. Oh, ini yang salah. Itu keliru. Ini udah bener. 

Entah kenapa bagi saya masa lalu itu lebih nyata. Kata orang, "Jangan lihat ke belakang, nanti tersandung. Tatap masa depan."

Loh, emang masa depan itu keliatan? Siapa yang bisa tahu masa depan? Kalau masa depan itu cuma ilusi, gimana? Kalau kamu gak punya waktu untuk masa depan, gimana?

Bagi saya, hanya orang-orang berani yang selalu melihat ke masa lalunya. Meliat apa-apa yang telah dilakukannya, siapa-siapa yang telah disakiti atau dibahagiakannya. Belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu...