Senin, 25 Maret 2013

Jedhueeer!

Baru beberapa hari posting tentang bahagianya hidup saya belakangan ini. Eh, tiba-tiba saja tadi sore bad mood. Penyebabnya sih sepele. Ya, tapi saya memang lebih gampang bad mood karena hal sepele. Hmmm, Jadi inget salah satu dialog di novel-nya Adhitya Mulya. (maaf, disadur bebas, soalnya gak inget persis seperti apa)


Seorang dewa berkata pada dewa lainnya yang menghuni langit: "Eh, lu liat kan orang yang di bawah itu. Ya, itu. Dia lagi bahagia. Samber gih pake geledek!"


Hahahahaha. Yak, in the end life is only a gag. Gitu kata Charlie Chaplin.

Senin, 18 Maret 2013

Aku Akan Menikah

"Aku akan menikah." katamu ragu memulai percakapan kita. Suaramu gemetar.

Soda yang baru kutuang ke dalam gelas masih mendesis. Hari ini panas luar biasa, hampir  39 derajat celcius. Aku tergoda untuk mereguk soda dengan potongan es di dalamnya itu, tapi aku takut aku tidak bisa menelan. Leherku sejak tadi tercekat. Aku bahkan tak sanggup menjawab sapamu ketika kau duduk di hadapanku lima menit lalu.


"Aku akan menikah." ulangmu lagi. Kini terdengar lebih tegas. Kukira, nadamu kali ini setegas telepon terakhirmu dua tahun lalu. Setegas dulu kau katakan kau tidak menginginkan aku lagi.

Aku mengalihkan pandangan keluar, mengamati orang-orang yang melangkah cepat sambil menutup kepala dari sengatan matahari. Pramusaji datang, menghidangkan sepotong strawberry cheese cake dengan satu skup es krim di sampingnya. Itu pesanan yang segera kusesali. Aku suka kue itu, tapi tidak mungkin aku makan saat ini. Membuka mulutpun mustahil bagiku sekarang.


Aku mulai mengikis ujung kue itu dengan sendok kecil, tanpa sedikitpun berniat untuk memakannya. Ya, aku salah tingkah.

"Kau bisa dengar aku, kan?"

Tentu saja. Bahkan getaran diantara jeda huruf dan hurufmu tertangkap telingaku. Aku mengangguk.

"Ya," kau menyandarkan punggung ke kursi, menghela napas, lalu berkata lagi, "Aku akan menikah."

Lalu kau ingin aku menjawab apa? Kau ingin aku mendoakan kebahagiaanmu?
Sudah. Aku selalu mendoakanmu.


Jeda. Aku benci jeda ini. Jeda paling lama dalam hidupku.

"Apa kau merestuiku?" tanyamu akhirnya.


Kuberi kau senyuman terlebar yang bisa kubuat saat ini. Namun kurasa aku hanya menyeringai kecil.


"Kamu merestuiku, kan?" tanyaku setengah menghiba.

Kugerakkan tanganku menyentuh punggung tanganmu. Lalu mengusapnya sekilas. Bulu-bulu halusmu dan tanganmu yang kini lebih kasar. Cepat-cepat kutarik tanganku. Aku tidak ingin pertahananku runtuh hanya karena terkenang lagi masa-masa jariku dan jarimu saling mengait.


Usapan itu adalah keikhlasan terbesar yang aku punya. Menikahlah. Hiduplah dengan bahagia. Kau tidak menemukan setetespun air mata di pipiku, kan? Aku ikhlas.

"Satu kata saja. Bilang kau merestuiku. Biar aku tenang menjalaninya."

Kepercayaanku benar. Manusia selalu menaruh kebutuhannya di atas apapun.

"Iya." kataku dengan satu seringai kecil lagi.

Dan entah kenapa, tiba-tiba kau rubuh. Kau menutup muka dengan kedua tangan dan mulai menangis dengan bahu terguncang-guncang. Hei, kau laki-laki. Harusnya testoteron membantumu untuk tidak menangis semudah ini.

Tangis apa ini? Apa kau begitu lega karena kuberi restu? Apa restuku ini yang kau tunggu hingga kau menunda pernikahanmu hingga dua tahun setelah perpisahan kita? Bukankah menangis histeris adalah bagianku? Aku perempuan dan aku yang kau tinggalkan demi menikahi orang lain! Dan sampai detik ini aku belum mendapatkan penggantimu! Kenapa kau menangis?

Demikian simpati, namun aku urung menyentuhmu, menenangkanmu. Sejak kau pergi akhirnya aku tahu, sentuhanku tidak pernah menenangkanmu.

"Aku akan menikah. Aku akan menikah. Aku akan menikah." katamu berkali-kali disela isakan. Seakan tak percaya kau akan segera menikah. Ah, kau selalu berhasil membuatku bingung.

"Aku akan menikah, Farah. Dengan orang lain! Bukan denganmu!" tiba-tiba kau berteriak. Beberapa pengunjung menoleh ke arah kita. Sifat eksplosifmu ternyata belum hilang.


Ya. Aku tahu. Kau akan menikahi orang lain setelah memacariku bertahun-tahun. Tak perlu kau teriakkan kekalahan dan kebodohanku itu. Aku marah, namun tak berniat memarahimu. Buatlah sesuka hatimu.


"Aku akan menikah." katamu. Kuharap itu adalah untuk yang terakhir kali. Dua tahun kulatih kesabaranku dan tampaknya akan runtuh saat ini.

"Aku...." katamu dihentikan isakanmu sendiri, "tidak tahu kenapa. Keputusan ini rasanya tidak benar. Aku juga tidak tahu mengapa aku rasanya harus menangis mendengar kata 'iya'-mu. Apa yang menimpaku?"

 "Aku akan menikah." katamu lagi, begitu nelangsa, seakan maut segera menjemputmu.

 "Aku akan menikah." Kini suaramu makin lirih.


Aku tak tahu harus apa. Aku tidak pernah membayangkan kita akan menangis berdua di siang yang demikian panas.



Sabtu, 16 Maret 2013

Sepuluh Langkah Untuk Jadi Bahagia.... And Shits....

Life is awesome recently. Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!


Ada beberapa kesulitan yang mengaggu, tapi tampaknya mekanisme dalam tubuhku sudah mulai mengerti, aku tidak boleh kehilangan fokus hanya karena hal-hal kecil. Ada beberapa badmood-sudden-attack, tapi aku bisa berusaha tenang dan meyakini bahwa itu cuma sementara.


Kata orang, ada kiamat di tahun 2012. Saya sendiri setuju. Sepanjang 2012, saya mengalami beberapa hal yang rasanya bikin saya pengen lompat dari gedung tinggi. 2012 adalah kiamat, penuh siksaan, pikiran-pikiran tidak jelas dan airmata. Namun, saya berhasil melewatinya, mengalahkan segala ketakutan dan melangkah gagah ke 2013.


So far, 2013 is fucking awesome!


Saya pengen pamer, beberapa list yang bikin saya bahagia. Iya, saya mau pamer. Iya, saya sombong. Daripada saya pura-pura bilang, "bukannya pamer, tapi coba jadikan pelajaran", mending saya jujur. Kalo kata Mbah Sudjiwo Tedjo sih itu dapat 2 dosa; dosa sombong dan dosa munafik.


Here we go!


1. Sejak 14 Januari 2013, saya resmi bekerja di sebuah Pre-School. Ketemu dengan anak-anak, becandain mereka, kesel setengah mati menghadapi bandelnya, lalu lari-larian mengejar keliaran mereka. Cuma ada satu kata untuk mendeskripsikan itu semua: bahagia! Imajinasi saya suka berlari liar ketika mengamati gerak-gerik anak-anak ini. :)



2. Dulu, saya adalah manusia paling tolol dalam mengelola keuangan. Saya bisa menghabiskan uang dengan cara tidak jelas. Belakangan saya suka "menantang diri sendiri" dalam urusan keuangan. Contohnya begini: saya memberi jatah bagi diri saya sendiri dengan uang Rp. 150.000 per minggu. Saya memantang diri saya untuk berhemat sebisa mungkin, lalu sisa uang yang ada di akhir pekan, boleh saya belikan barang yang sangat saya inginkan (atau digabungkan dengan uang minggu lalu, jika uangnya tidak cukup). Dan sebuah kebahagiaan yang luar biasa, ketika saldo ATM saya stabil dan saya masih bisa belanja. Hahahahahaha....



3. Lebih memperhatikan tubuh dan kesehatan. Tinnitus, maag akut, anemia dan migrain adalah serentetan penyakit yang dulu sering menyerang saya. Itu semua terjadi karena ketololan dan kesembrono-an saya. Saya sering makan telat, makan junk food, makan apa saja yang enak dan tidak peduli sama yang namanya gizi, tidur tidak teratur (kalo itu sih sampe sekarang hahaha), jarang makan buah dan multivitamin padahal kegiatan saya banyak. Nah, kalo sekarang, saya biasakan sarapan dengan yang padat gizi. Karena ternyata sarapan itu paling penting. Makan buah rutin setiap hari. Sering makan multivitamin dan memperbanyak jalan kaki. Mengeluarkan keringat, berefek banyak untuk mood dan mengurangi stress lho...


4.Banyak menyendiri. Ini hobi saya dari dulu. Dari kecil, malah. Saya lebih suka sendirian, browsing, baca buku, nonton film dan jauh dari omong kosong. Saya merasa aman dan bahagia. Saya lebih suka belajar dan membaca dari pada nonton TV. It feels awesome!


5. Lebih mendengarkan kata hati. Sering kali hati kita berpikir sesuatu. Misalnya, "Gak usah ikut nongkronglah. Useless. Yang dibicarain gak ada gunanya dan gak seru. Malah gosipin orang. Gak jelas." Tapi karena sudah terjajah norma, kita malah berpikir, "Ih, kan gak enak sama temen-temen kalo gak nongkrong. Ntar gak punya teman." Akhirnya kita lebih memikirkan perasaan orang, dan entah sejak kapan terbiasa mengabaikan kata hati sendiri. Saya akhir-akhir ini meninggalkan kebiasan tersebut. Saya tinggalkan apa yang saya mau tinggalkan.Dan lalukan apa yang saya mau lakukan. So much fun!


6. Mengartikan mimpi. Saya sering dirundung mimpi buruk. Saya juga sering terkena early-moorning-blues syndrome. Saya terbangun pagi-pagi sekali lalu merasa sedih. Entah kenapa. Dalam mimpi biasanya saya berjalan jauh, melewati rumah dan toko-toko besar, tanpa tau saya sedang mencari apa. Setelah bangun biasanya saya sedih setengah mati. Akhir-akhir ini, kalau bermimpi buruk, saya selalu mengelus-elus kepala sendiri dan berkata, "It's okay, Halimah. I'll solve it!" Karena bagaimanapun, mimpi adalah perwujudan hal yang gak bisa kita selesaikan di dunia nyata. Eh, tapi soal puk-puk diri sendiri, keliatan kayak forever alone ya gue? Hahahaha.....


7. Joged. Diiringi lagu India. Yak, sesederhana itu.


8. Menelusuri hidup dari sisi gelap. Saya belakangan suka membaca buku tentang orang2 legendaris menghabiskan hidupnya untuk mendalami kesedihan. Oh, dear, bagaimana kau bisa bahagia kalau kau masih menghindari kesedihan?


9. Menulis. Ah, ini sih "penyakit" lama.


10. Becandain si Andy, manusia kelamaan jomblo, doyan maen game, terobsesi dengan mainan dan selalu nyengir setiap saat.




Nah, itulah 10 hal yang membuat saya bahagia akhir-akhir ini. Semoga anda juga bahagia. Dan ingat, kebahagiaan bukan cuma update status di jejaring sosial, "Makasih ya sayang kadonya....", "Have fun with my friend at 7 Eleven" dan tai-tai lainnya...


Semoga Bahagia :)