(...sudah lama tidak menulis puisi. Lega sekali rasanya....)
Ku datangi engkau dengan sisa-sisa puisi yang ku tulis tadi malam
Puisi yang berhasil ku selamatkan, sisanya memudar jadi rona merah di pipi
Puisiku selalu malu-malu jika akan menjumpaimu
Ku datangi engkau bersama sisa-sisa hujan tadi malam
Aku sudah tahu pintumu tidak terbuka pagi ini
Aku tidak berniat mengetuk, aku ingin menyampaikan semua dalam senyap, sesenyap sebuah perpisahan yang paling layak disebut perpisahan
Ku datangi engkau dengan sisa-sisa keberanian
Seperti keberanian yang ku kumpulkan untuk membalas pelukanmu dulu
Seperti keberanian yang ku paksakan untuk berkata semoga kau bahagia dulu
Ku datangi engkau dengan sisa-sisa kertas yang aku punya
Setelah kertas-kertasku habis untuk menulis surat cinta yang tidak jadi ku kirimkan
Di dalamnya tertulis kenangan-kenangan yang begitu lincah menyusupi jeda antara detik dan detik
Ku datangi engkau dengan sisa-sisa keihklaskan yang aku punya
Semoga kali ini cukup untuk mengikhlaskan
Kenangan tentang kau, pagi yang dingin dan pelukan kita yang tak pernah singkat
Ku datangi engkau dengan sisa-sisa umurku
Ku lipat dua lembar puisiku, ku selipkan di bawah pintumu
Semoga kali ini apa-apa yang harusnya selesai akan selesai
(terinspirasi dari "Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan" oleh Payung Teduh)