Jumat, 16 Agustus 2013

Solely Solo Solo

Tentang Sebuah Perjalanan...

Lebaran kali ini, saya dapat jatah libur yang lumayan panjang. Secara tidak terduga dan tanpa rencana matang, saya melakukan perjalanan panjang; Jakarta-Karawang-Bogor-Solo-Jogja dan kembali ke Jakarta. Perjalanan sejauh itu saya tempuh sendiri. Yup, I went solo. Entah kenapa, saya tiba-tiba berpikir, saya mungkin akan menyesali hidup saya jika tidak melakukan perjalanan ini.

Dua tahun terakhir adalah dua tahun yang tidak mudah bagi saya. Dan selama dua tahun itu, saya sangat jarang melakukan perjalanan panjang seperti yang saya lakukan sebelumnya. Dua tahun itu pula, sangat sedikit orang baru yang saya kenal. Itu membuat saya sedih.

Saya tahu, perjalanan ini akan menguras sebagian tabungan saya. Tapi saya rasa, suatu saat ketika saya punya banyak uang dan tidak bahagia, saya akan dihadapkan dengan penyesalan panjang. So I went solo. Saya tidak punya kamera yang cukup memadai untuk mengambil gambar-gambar bagus. Jadi, gambar-gambar dalam perjalanan ini hanyalah snapshot tak penting, tak indah, beresolusi rendah, namun jadi saksi perjalanan saya. Untuk melihat foto keindahan kota-kota yang saya kunjungi kali ini, anda bisa dengan mudah googling. Karena foto yang saya muat di sini, sifatnya sangat personal dan hanya saya yang ngerti dimana bagusnya. Hehehe.


Karawang

Pada hari pertama Idul Fitri tahun ini, saya pergi ke Karawang, Jawa Barat, untuk mengunjungi seorang sahabat. Namanya Juni Iswar, dekat sejak 8 tahun lalu. Saya menginap satu malam di rumahnya dan disuguhi makanan-makanan enak oleh ibunya yang memang jago masak. Hehe.. Dalam waktu dekat, sahabat saya itu akan pergi ke Jepang. Sukses selalu, my mate. Aku akan merindukan kamu, yang dengan santainya kentut sembarangan di depanku karena tidak menganggapku wanita. :(
Sebenarnya sudah GR bakal dibelikan boneka. Eh, cuman disuruh foto doang. Sial.
Bogor

Pulang dari Karawang, saya menuju Bogor untuk nantinya ke Bandung. Namun Bogor di hari kedua Lebaran tampak menarik. Ramai, tapi tidak terlalu padat. Setelah berkeliling Kebun Raya (terakhir berkunjung ke sana tiga tahun lalu), saya mampir ke BTM Mall dan ke toko buku. Yah, bagaimanapun, kemanapun saya melangkah, saya nggak bisa jauh2 dari toko buku.


Saya menemukan buku favorit saya, Lampau, di rak buku terjemahan. Beberapa waktu lalu, saya menemukan buku Lampau berada di tengah-tengah teenlit berlatar Korea di Toko Gunung Agung, Senen, Jakarta Pusat. Entah kenapa buku Sandi Firly ini selalu bernasib demikian, salah tempat. Rasanya saya ingin lari menemui penulisnya, memukul pundaknya dan berkata, "Sabar, ya... Hidup memang begitu!"
Lampau sedang berada di tengah buku-buku terjemahan. Mungkin karena nama Sandi Firly kebarat-baratan. :P


Jakarta
Kembali ke Jakarta, keadaan masih sangat sepi. Bahkan ketika menaiki busway dari Kota menuju Blok M, saya menjadi satu-satunya penumpang. Sayang, kala itu batere ponsel saya sedang habis, kalau tidak, saya sudah memoto dua orang petugas transjakarta yang lucu dan begitu ramah. Sepanjang perjalanan mereka mengajak ngobrol dan bercanda dengan sangat sopan. :)


Semalam beristirahat, saya membeli tiket ke Solo. Kenapa Solo? Entahlah. Pingin saja. Hahaha.


Menuju Solo

Saya berangkat dari Terminal Bus Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada tanggal 11 sore hari dengan bus P.O Safari. Kalau tiket kereta tidak ludes, tentu saja saya lebih memilih kereta.
Pose alay sejenak di rest area Subang, Jawa Barat
Sekitar jam 11 malam.

Tadinya, saya berharap akan ada kejadian seperti di film Before Sunset (versi  bis). Saya berharap akan ketemu cowok ganteng, yang cerdas dan meyakinkan saya untuk ikut dengannya. Dan kejadian nyatanya: saya duduk bersebelahan dengan kakek yang tidur sepanjang perjalanan. Great.


Blurry Blue Morning at Magelang
Saya sampai di Solo hampir pukul 8 pagi dan tiba di Terminal Bus Tirtonadi yang bersih dan canggih. Di Jakarta aja nggak ada yang beginian. 
Terminal Bus Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah. Hampir seperti ruang tunggu bandara
Sesampainya di Solo, saya keliling-keliling sendirian, menunggu seorang teman dari Sragen datang menjemput. Saya sempat mampir ke Pasar Nusukan. Tidak jelas juga untuk apa. Hahaha. Tidak lama setelah itu, teman saya datang. Teman saya ini namanya Erwin Ningsih, teman sekelas ketika SMA dulu. Dia mengajak saya keliling-keliling kota Solo dan kampusnya, UNS.

Setelah melalui perjalanan 11 jam tanpa istirahat berkualitas, juga terkaget dengan panasnya kota Solo, muka saya jadi seperti donat gagal :(

Saya, bersama Erwin Ningsih, di PGS, Solo, Jawa Tengah
Malamnya, saya menginap di sebuah penginapan di belakang Terminal Tirtonadi. Murah sekali, hanya Rp.50.000,- per malam, kamar dilengkapi kipas angin dan TV. Meskipun ternyata saya tahu dari Sid, bahwa kawasan saya menginap itu adalah kawasan.... yah. gitu. deh. Banyak tante berkeliaran. Hahahah.

Oiya, Sid, lengkapnya Sidrotul Muntaha, adalah teman saya di FB. Sudah berteman sejak 2009, sering saling nyinyir di FB soal negara dan keberagaman agama. Hehehe. Dan kemarin, dia sempat mengantarkan saya berkeliling kota Solo pada malam hari. Dan sempat pula menakut-nakuti saya dengan kisah horor. :(

Pemandangan dari jendela kamar hotel. Hotel apa? Mbuh. Lupa.
Jogja

Sebenarnya, saya tidak ingin ke Jogja. Banyak kenangan yang siap menyergap saya di sana. Tapi, karena sudah di Solo, ya sudah lanjutkan saja. Saya ingin tahu, seberapa siap diri saya memaafkan kenangan itu. Jadi saya ke Jogja. Clueless. Tidak satupun teman di Jogja saya hubungi, karena saya tentu tidak kuat dengan pertanyaan yang berhubungan dengan seseorang di masa lalu.

Makasih banyak untuk grup Backpacker Indonesia di Facebook! Ada satu orang traveller yang akhirnya menjemput saja di Janti dan menemani berkeliling mencari penginapan.

Memang salah saya, ke Jogja saat lebaran. Jogja tumpah ruah, ramai sekali. Penginapan hampir semua penuh dan harganya melonjak tajam. Untung saja, saya dapat penginapan dengan rate yang lumayan. Kamar yang saya dapat, ada 2 tempat tidur. Sementara saya sendirian. IYA SAYA JOMBLO. Dan kurang kerjaaan. Jadi sepanjang malam, sebelum tidur, saya bikin pose aneh seperti ini.
-_- I even shocked by my own stupidity

Nah, di Jogja, saya dan sahabat dari BPI sempat main ke House of Raminten. Tempat ini recomended banget. Ceritanya saya candle light dinner berdua (---sama pacar orang. sedih ya?) dengan sangat kenyang dan enak, hanya habis Rp.50.000,- What a paradise for cheap bastards!

House of Raminten. Super Recomended!
Kembali ke haribaan ibu kota...

Apa yang kudapat dari perjalanan ini?
Apakah aku makin dekat
...atau semakin jauh dari diriku.
Mungkin ini yang harus kulakukan:
berhenti berpikir terlalu banyak.

dan terus melangkah
hidup
ini
indah.
:)